Senin, 19 Mei 2014

Rindu Kerinduan


Matahari yang kini muncul tiadalah berbeda dengan matahari 2 atau 3 tahun silam.
Lambaian angin tetap menyapaku
Disetiap fajar yang datang bergandengan dengan embun pagi yang begitu menikam.
Tetap sama.
Hanya saja bumi terlihat lebih lelah.
Waktu lebih banyak mengeluarkan angka-angka besar.
Matahari tetap bersinar namun agak sedikit redup
Dan dari wajahnya muncul keriput-keriput kecil.
Ayam tetap pada kokoknya.
Namun telat membangunkan lelapnya tidur manusia.
Semua tetap berjalan sama seperti 2 atau 3 tahun yang lalu.
Waktu aku masih mengenakan seragam kesayanganku
yang kini masih menggantung di pojokan kamar termakan oleh debu dan waktu.
Kamar ini begitu gelap dan mengerikan.
Sangat bau tercium tajam cerita-cerita mengesankan.
Bagiku hidup ini adalah sebuah pilihan.
Pilihan yang membawaku masuk dan hanyut dalam ketidakpastian yang mengambang.
Jika tiadalah keabadian yang begitu abadi mungkin hidup bukan lagi menjadi sebuah pilihan. Aku rindu bercengkerama dengan matahari sore
yang silaunya mampu membuatku terlelap dalam kata-kata yang terucap dari bibir angan-angan. Ingin sekali menatap kembali air hujan
yang jatuh dari kelopak mata yang menyiratkan ketulusan.
Begitu bahagia ketika kesederhanaan mampu menyatukan tangan-tangan perbedaan dengan harapan.
Tiada lagi ego yang mungkin kedatangannya mampu membuat nurani menjadi ketakutan.
Itulah bahagianya kehidupan.
Aku mampu merekam semua tawa
yang menjadikan langit biru diatas putih begitu ingin sekali memeluk kehidupan.
Tiadalah ketulusan tanpa semua ciptaan Tuhan menyaksikan
Betapa hidup ini akan tetap berjalan mengalir seperti kehendak Tuhan.
Walau kemana pun waktu berjalan,
akan ku ikuti langkahnya menuju keabadian.
Aku begitu rindu kerinduan kalian, teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar