Matahari
yang kini muncul tiadalah berbeda dengan matahari 2 atau 3 tahun silam.
Lambaian
angin tetap menyapaku
Disetiap
fajar yang datang bergandengan dengan embun pagi yang begitu menikam.
Tetap
sama.
Hanya saja
bumi terlihat lebih lelah.
Waktu
lebih banyak mengeluarkan angka-angka besar.
Matahari
tetap bersinar namun agak sedikit redup
Dan dari
wajahnya muncul keriput-keriput kecil.
Ayam tetap
pada kokoknya.
Namun
telat membangunkan lelapnya tidur manusia.
Semua
tetap berjalan sama seperti 2 atau 3 tahun yang lalu.
Waktu aku
masih mengenakan seragam kesayanganku
yang kini
masih menggantung di pojokan kamar termakan oleh debu dan waktu.
Kamar ini
begitu gelap dan mengerikan.
Sangat bau
tercium tajam cerita-cerita mengesankan.
Bagiku
hidup ini adalah sebuah pilihan.
Pilihan
yang membawaku masuk dan hanyut dalam ketidakpastian yang mengambang.
Jika
tiadalah keabadian yang begitu abadi mungkin hidup bukan lagi menjadi sebuah
pilihan. Aku rindu bercengkerama dengan matahari sore
yang
silaunya mampu membuatku terlelap dalam kata-kata yang terucap dari bibir
angan-angan. Ingin sekali menatap kembali air hujan
yang jatuh
dari kelopak mata yang menyiratkan ketulusan.
Begitu
bahagia ketika kesederhanaan mampu menyatukan tangan-tangan perbedaan dengan
harapan.
Tiada lagi
ego yang mungkin kedatangannya mampu membuat nurani menjadi ketakutan.
Itulah
bahagianya kehidupan.
Aku mampu
merekam semua tawa
yang
menjadikan langit biru diatas putih begitu ingin sekali memeluk kehidupan.
Tiadalah
ketulusan tanpa semua ciptaan Tuhan menyaksikan
Betapa
hidup ini akan tetap berjalan mengalir seperti kehendak Tuhan.
Walau
kemana pun waktu berjalan,
akan ku
ikuti langkahnya menuju keabadian.
Aku begitu
rindu kerinduan kalian, teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar