Tentangku, Kehidupanku, Cerpenku, Puisiku, Essayku, Artikelku, Tulisanku. Selamat Membaca Mari Berdiskusi
Kamis, 11 September 2014
Tubuh Waktu
Aku ingin bersandar pada ricik sang hujan
Karena aku temukan wajah teduhmu terlukiskan awan
Aku ingin melebur bersama pelangi
Agar setiap hujan kau rindukan satu warna kehidupan
Aku ingin memeluk cahaya bulan
Karena disana kutemukan sebuah ketulusan
Aku menggigil dalam sebuah rayuan
Aku buta melihat keindahan
Aku pincang mengikuti pelarian
Tapi jika senja dapat kucari dibola matamu yang sayu
Biarkan aku kecup semua kesakitan
16 Agustus 14
Yasimini
Sejarah akan abadi dengan tulisan, maka menulislah !!!
Dibawah langit jingga dan secangkir kata.
Hai, namaku Siti Amyani, tapi aku biasa dipanggil Yayan oleh teman kecilku. Mengapa aku menggunakan nama Yasimini, sebenarnya sederhana. Ini hanya sebuah akronim dari Yayan Siti Amyani. Terserah kamu akan memanggilku dengan sebutan apa. Aku mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Usiaku saat ini 20 tahun. Aku suka membaca, apalagi membaca kehidupan. Makanya aku suka sekali jalan-jalan. Karena perjalanan adalah sebuah cara membaca kehidupan. Oh ya, selamat membaca. Aku terbuka akan saran dam kritik yah. Yuk berdiskusi.
Kamis, 12 Juni 2014
Nasihat dalam Sebuah Kekonyolan dalam Novel Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika
Manusia Setengah Salmon merupakan novel terakhir yang saya
apresiasi dalam tugas Apresiasi Prosa Fiksi. Awalnya saya bingung harus
mengapresiasi novel ini menggunakan pendekatan apa. Tetapi kemudian saya
berpikir ada baiknya diapresiasi dengan pendekatan emotif. Mungkin novel ini
saya kategorikan ke dalam novel komedi. Secara langsung maupun tidak langsung dalam
setiap alur ceritanya Raditya Dika berusaha membawa pembaca untuk tertawa
setiap kali membaca cerita dalam novel tersebut.
Setelah membaca hampir setengahnya dari banyak judul yang
ada di novel ini. Saya berinisiatif untuk melihat dalam bentuk filmnya, karena
saya sudah merasa agak bosan dengan
alur ceritanya. Tetapi setelah melihat filmnya, saya berhasrat kembali untuk
melanjutkan membaca novel tersebut. Ada perbedaan yang mencolok antara film dan
novelnya. Dan saya lebih suka membaca novelnya, karena di filmnya banyak adegan
yang tidak ada dan tidak sesuai dengan novel.
Namun dari keseluruhan, novel ini sukses membuat saya
tertawa-tawa sendiri. Cerita-cerita konyol yang mungkin orang tidak pernah
berpikiran sampai kesitu.
Jika saya memasukkan Kalpanax ke
dalam sup jamur, apakah sup tersebut akan lenyap?
Orang pintar minum tolak angina.
Laki-laki minum ekstra joss. Sebagai laki-laki pintar, saya meminum keduanya
secara bersamaan.
Setiap kali saya dengar orang
berteriak marah-marah, ‘Anda enggak tahu siapa saya?!’, saya selalu berpikir,
kasihan sekali orang ini tiba-tiba pikun. (Hlm 69)
Dan
masih banyak lagi bagian-bagian cerita yang terkadang tidak masuk akal dan
Raditya Dika mampu berpikir sampai pada tahap itu dengan kekonyolannya.
Namun dari novel “Manusia Setengah Salmon”
ini saya tertarik pada satu tema yang diangkat oleh Raditya Dika, yaitu
kekonyolan cinta. Saya sangat tertarik pada bab yang berjudul Jomblonology. Raditya sukses
mengelompokkan jenis-jenis jomblo ke dalam beberapa kelompok. Ini agak lucu namun menggelitik. Seperti
seorang yang terpelajar namun mampu menembus batas kebiasaan orang diatas
rata-rata dengan tindakan yang aneh dan terkadang sedikit tidak masuk akal,
namun lucu. Seolah buku diary yang menceritakan kisah hidup yang penuh makna
dan penuh lelucon. Sungguh menarik, dan setidaknya dapat sedikit menghilangkan
kepenatan ketika membacanya.
Raditya mampu menceritakan manis dan
pahit cinta lewat sebuah kekonyolan. Disaat kebanyakan orang menulis
karangan-karangan melankolis tentang cinta, Ia mampu menciptakan karangan
bertemakan cinta dengan sebuah kekonyolan. Misal pada bab yang berjudul Hal-hal untuk diingat ketika kencan pertama.
Kejutkan si cewek dengan gaya
berpakaianmu yang unik, macho, tetapi sensitif. Jemput dia dirumahnya dengan
memakai kostum Power Ranger pink.
Jika bertemu orangtuanya, usahakan
untuk sopan. Puji ibunya dengan baik, tetapi tidak berlebihan seperti, ‘Wah,
Tante menua dengan baik ya.’(Hlm 39)
Lalu
ketika menggambarkan kegalauan pun Raditya Dika mampu memgemasnya dengan kekonyolan
yang tak biasa orang tuliskannya dalam sebuah novel. Disaat orang lain memakai metafor-metafor
yang indah dalam menggambarkan kegalauan atau cinta, tapi Dika berbeda.
Jatuh cinta sama kamu itu kayak naik
histeria. Dibawa naik pelan-pelan, lalu dijatuhin tiba-tiba.
Naksir diam-diam itu komidi putar.
Seakan berjalan, tetapi sebenarnya tidak kemana-mana.
Seandainya jatuh cinta itu ada
tukang parkirnya, bisa diberhentikan sebelum mentok. (Hlm 206)
Tetapi diluar itu semua, ternyata novel konyol ini mengandung
makna yang begitu dalam tentang Salmon dan Perpindahan. Dalam novel sekonyol
ini, lagi-lagi Dika mengajak kita untuk mengambil pelajaran dari Ikan bernama
Salmon. Salmon yang setiap tahunnya harus bermigrasi melawan arus sungai
berkilo-kilo meter jauhnya hanya untuk bertelur. Layaknya kehidupan kita
sebagai manusia yang terus berpindah-pindah. Dari bayi pindah menjadi anak-anak
hingga dewasa. Dari sedih menjadi senang, atau sebaliknya. Dan semua
cerita-cerita konyol yang termuat dalam novel ini pada hakikatnya menggambarkan
perpindahan dalam kehidupan nyata.
Gue jadi berpikir, ternyata untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue
hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah. (Hlm 256)
Sejarah akan abadi dengan tulisan, maka menulislah !!!
Dibawah langit jingga dan secangkir kata.
Hai, namaku Siti Amyani, tapi aku biasa dipanggil Yayan oleh teman kecilku. Mengapa aku menggunakan nama Yasimini, sebenarnya sederhana. Ini hanya sebuah akronim dari Yayan Siti Amyani. Terserah kamu akan memanggilku dengan sebutan apa. Aku mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Usiaku saat ini 20 tahun. Aku suka membaca, apalagi membaca kehidupan. Makanya aku suka sekali jalan-jalan. Karena perjalanan adalah sebuah cara membaca kehidupan. Oh ya, selamat membaca. Aku terbuka akan saran dam kritik yah. Yuk berdiskusi.
Perasaan dan nuraniku untuk Valent dan Rafky dalam Novel Lelaki Terindah Karangan Andrei Aksana
Sudah kualami perih karena kehilangan
Sudah kureguk kecewa karena ditinggalkan
Sudah ku didera luka karena dikhianati
Semuanya belum seberapa
Hanya satu derita yang paling menyiksa
Jatuh cinta
Tapi tak bisa memiliki
(Andrei Aksana)
Cinta adalah satu kata yang tak
mampu terdefinisikan secara detail oleh setiap nurani yang sedang merasakannya.
Cinta pun terkadang aneh, unik, menarik, bahkan terkadang menjadi topik
terhangat untuk diperbincangkan. Entahlah cinta itu memiliki makna seperti apa
dan bagaimana, karena kehadirannya terkadang membuat bahagia dan terkadang
membuat kecewa. Itulah yang saya rasakan ketika membaca novel Lelaki Terindah
karangan Andrei Aksana. Satu kata untuk novel ini, keren. Luar biasa indah, unik, dan menarik. Andrei mengemas novel
percintaan ini dengan bumbu metamorf yang indah. Setiap kalimat tersusun atas
kata-kata kiasan yang begitu banyak membuat pembaca hanyut dan merasakan
berbagai perasaan yang berbeda-beda. Mungkin ada yang ketika membaca novel
Lelaki Terindah ini merasakan jijik karena dalam novel ini dikisahkan tentang
percintaan lelaki dengan lelaki. Akan tetapi, saya merasakan hal yang berbeda
ketika membaca novel ini. Novel ini membuat perasaan saya senang, bahagia,
senyum-senyum sendiri ketika membacanya hingga perasaan sedih, kecewa, haru,
dan menangis. Cukup waktu 4 jam untuk membaca novel yang tebalnya hingga 214
halaman ini. Bahkan saya membaca ulang setiap kata dan kalimat yang membuat
saya senang membacanya. Selipan-selipan sajak puisi membuat pembaca tak akan
pernah bosan untuk terus membaca kisah percintaan Rafky dan Valent ini hingga
selesai.
Halaman demi halaman pertama saya
baca hingga saya menemukan satu bait kata-kata yang membuat rasa dalam dada
hanyut kedalam cerita tersebut. Andrei membuat saya berpikir bahwa terkadang
kebenaran membuat kita tersiksa.
Seperti dikejar bayang-bayang
Meski tak melakukan kesalahan apa-apa
Mengapa kebenaran justru membuat
kita
selalu merasa tersiksa
Barangkali karena kebenaran telah
lama terpenjara (Hlm 16)
Pada bagian ini padahal cerita belum
dimulai, tetapi dengan alur yang maju-mundur Andrei sukses membuat pikiran dan
perasaan saya berimajinasi dengan mudah dan bebas. Dalam novel ini,tokoh Rafky
meminta kepada tokoh Aku (lelaki juga) untuk menceritakan kisah cintanya dengan
tokoh Valent yang berawal dari liburannya di Bangkok.
Berlama-lama dengan novel ini
membuat saya bahagia, Andrei sukses menggambarkan isi hati Rafky yang sedang
jatuh cinta melalui kata-kata yang saya yakin tak banyak orang mampu
menggambarkannya lewat baris-baris kata.
Senyum
yang membuat Rafky terpesona. Terjerat. Sekaligus merasa teduh, untuk alasan
yang tak ia mengerti.(Hlm 32)
Kisah cinta antara lelaki gagah
dengan lelaki yang lembut ini memberikan sensasi tersendiri bagi saya. Aneh,
lucu, tapi membuat hati haru. Pertalian antara lelaki gagah dan perkasa (Rafky)
dengan lelaki gagah sekaligus lembut (Valent). Padahal kita semua mengetahui
bahwa kisah cinta seperti ini telah banyak yang melakukannya, tetapi bukan itu,
bukan karena saya pun menyukai sesama jenis tetapi lebih pada setiap
baris-baris kata yang dipakai Andrei mampu menghipnotis pembaca untuk turut merasakan
apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Pada halaman 37
Andrei menggambarkan kondisi fisik Valent seperti ini,
Dari samping profil wajahnya demikian sempurna. Seperti
lukisan hasil goresan maestro abad silam. Hidungnya yang mancung adalah tatahan
pualam tak bercela. Dagunya landai menawan dan membentuk di bagian tengah,
seperti samudra berpalung. Kelopak matanya menyerupai bulan sabit, saat
terpejam pun mampu menyinari malam. Dihiasi bulu mata yang lentik, seperti
derai cemara yang dibelai angin.
Ia bukan hanya tampan.
Ia cantik…
Ia bidadari yang mewarnai musim semi…. (Hlm 37).
Saya
merasakan hal yang membuat perasaan saya senang,
ketika saya berimajinasi menjadi seorang Rafky yang mencintai Valent atau
sebaliknya Valent yang juga mencintai Rafky. Mencintai seseorang terkadang
membuat hati kita bahagia luar biasa, dan Andrei sukses membuat saya bahagia
melalui penggambaran tokoh Rafky dan Valent yang saling mencintai ini. Tokoh
Rafky yang bertemu dengan tokoh Valent dalam penerbangannya menuju Bangkok
awalnya cuek dan sama sekali tidak peduli dengan Valent hingga ternyata sedikit
demi sedikit mulai peduli. Satu hal yang saya garis bawahi,
Tak
seorang pun menyadari. Jembatan perasaan dibangun di atas kata-kata. (Hlm 39).
Hal tersebut yang terkadang kita tak menyadarainya. Tak saya
pungkiri bahwa ketika jatuh cinta, semua berawal dari kata-kata. Novel ini
membuat saya seolah terbang pada tumpukan awan cinta, bahagia. Entahlah,
mungkin ketika membaca novel ini saya sedang merasakan jatuh cinta pula.
Judulnya jatuh cinta, bukan berarti saya mencintai sesama wanita.
Kisah
percintaan ini saya ikuti terus, saya baca terus tanpa saya potong sedikit pun.
Pembaca seolah dibuat sah sah saja dengan kisah percintaan terlarang ini oleh
Andrei, bahkan mungkin lebih indah dan penuh tantangan. Tak pernah ada yang
menyadari bahwa akhirnya Rafky dan Valent malah berlibur seperti sepasang suami
istri di Bangkok. Valent seperti seorang wanita yang mengikuti kemana pun
kekasihnya pergi. Dari mulai pergi ke Ayutthaya (ibukota pertama Thailand),
Thon Buri (kota asli Bangkok), Loy Krathong Festival, The Golden Mount hingga
Grand Palace. Valent seperti lupa tujuan utama dirinya berlibur ke Bangkok itu
untuk apa. Valent hanyut dan mengikuti arah hatinya bersama Rafky. Terlebih
permainan kata yang dipakai oleh Andrei seperti tak rela jika mereka berdua
terpisahkan,
Bukankah
kita adalah angka genap. Tak mungkin menjadi bilangan ganjil, selama tidak
dikurangi. Kita terhimpun dalam suatu bagian lengkap, jumlah tetap yang tak
bisa dikali dan dibagi. (Hlm 61)
Ketika
tokoh Rafky menceritakan kepada tokoh Aku tentang kejadian pada suatu malam
dengan tokoh Valent, tokoh Aku enggan untuk menuliskannya dalam sebuah cerita,
tetapi ada sebuah kalimat yang saya sukai dalam dialog antara tokoh Rafky
dengan tokoh Aku.
Jangan
pernah menyembunyikan sejarah. Karena suatu hari, kebenaran akan terbongkar
juga. (Hlm 79)
Dalam novel percintaan yang indah ini ternyata ada nilai
sosial yang diajarkan. Tidak hanya sekedar kisah percintaan yang menguras emosi
dan hati.
Berbicara
tentang kisah percintaan, tentunya tidak lepas pula dari kebimbangan yang
terkadang datang menghampiri. Dalam novel Lelaki Terindah ini ada bagian yang
menceritakan tokoh Rafky yang bimbang dengan apa yang sedang ia rasakan,
terlebih ketika penyakit diabetes Valent kambuh. Seperti seorang lelaki yang
mengkhawatirkan kesehatan wanita yang dicintainya. Dari sini lah kejadian yang
tak terduga terjadi.
Rafky
membiarkan ke mana pun jari Valent beranjak pergi. Menelusuri wajahnya, merayap
ke telinganya, turun ke lehernya, membelai lengannya, meremas dadanya… (Hlm 82)
Rafky
termangu seperti pengembara yang sesat. Hanya ada dua pilihan. Berjalan terus.
Atau berhenti dan mati terbakar di gurun tandus. Dua tawaran yang sama-sama
tidak memberikan harapan pasti. (Hlm 82)
Semuanya pun terjadi diluar kesadaran Rafky. Setelah sadar
bahwa Rafky mencintai seorang lelaki, dia mengutuk dirinya sendiri. Memukul
pintu kamar mandi sekeras-kerasnya. Seperti tak terima bahwa dirinya yang hampir
sempurna itu menyukai sesame jenis. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa Rafky memang
jatuh cinta pada Valent. Dalam hal ini pun, saya seolah merasakan kebimbangan
Rafky. Kebimbangan yang menuntut sebuah pilihan. Malam itu pun Rafky pergi
meninggalkan Valent, membuat Valent terlena dan merana. Seolah kehidupannya
hancur seperti hancurnya hati yang berkeping-keping.
Namun dalam
kebimbangannya, Rafky kembali lagi kepada Valent. Membawa rasa yang memang tak
seharusnya dirasakannya kepada Valent. Lagi-lagi Andrei membuat pembaca seolah
tak rela jika tokoh Rafky dan tokoh Valent berpisah.
Tak hanya
perasaan senang dan bahagia ketika membaca novel ini, mencapai puncak cerita
perasaan saya mulai sedikit sedih. Sedih karena cinta Valent dan Rafky harus
terpisah, tidak bisa menyatu. Tetapi di sisi lain pun saya merasakan kecewa jika
saya berada dalam posisi seperti Rhea (kekasih Rafky) dan Kinan (kekasih
Valent). Dalam hal ini, Andrei sukses sekali membuat pembaca merasa kecewa,
galau, sedih, dan berbagai perasaan yang memang unik untuk dirasakan. Belum
lagi kekecewaan yang sudah tentu dirasakan oleh orangtua Valent dan Rafky. Saya
pun akan merasakan hal yang sangat-sangat kecewa jika berada di posisi mereka,
tetapi saya pun tak rela jika cinta Rafky dan Valent tidak bersatu. Dalam bawah
sadar saya merasa bahwa cinta yang terjalin antara Valent dan Rafky adalah
cinta yang penuh perjuangan, penuh tantangan.
Mendekati ending air mata saya sempat menetes,
terlebih ketika Andrei menceritakan ke belakang tentang bagaimana sayangnya ibu
Valent terhadap anaknya itu. Bagaimana ia seorang diri mengurus anak laki-laki yang
satu-satunya itu. Akan tetapi Valent pun tak pernah meminta diciptakan menjadi
seorang laki-laki lemah yang mencintai laki-laki pula. Semua keadaan ini memaksa
air mata saya untuk tumpah. Cinta Valent tanpa alasan kepada Rafky,
“Aku
mencintaimu, karena aku mencintaimu, Raf,” bisik Valent dengan mata
berkaca-kaca. “Tak perlu alasan lain…” (Hlm 194)
Semua
berakhir dengan kekecewaan, kesedihan. Karena Valent menutup mata dengan batin
yang tersiksa. Sekali lagi saya katakan bahwa novel ini mampu membuat perasaan
pembaca berubah-ubah, seolah memainkan perasaan pembaca melalui kata-kata.
Menghipnotis pembaca melalui kata-kata. Dengan kata seseorang mampu tertawa, dengan
kata seseorang mampu menderita, dengan kata pula seseorang mampu menggambarkan
cinta.
Sejarah akan abadi dengan tulisan, maka menulislah !!!
Dibawah langit jingga dan secangkir kata.
Hai, namaku Siti Amyani, tapi aku biasa dipanggil Yayan oleh teman kecilku. Mengapa aku menggunakan nama Yasimini, sebenarnya sederhana. Ini hanya sebuah akronim dari Yayan Siti Amyani. Terserah kamu akan memanggilku dengan sebutan apa. Aku mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Usiaku saat ini 20 tahun. Aku suka membaca, apalagi membaca kehidupan. Makanya aku suka sekali jalan-jalan. Karena perjalanan adalah sebuah cara membaca kehidupan. Oh ya, selamat membaca. Aku terbuka akan saran dam kritik yah. Yuk berdiskusi.
Minggu, 08 Juni 2014
Pudarnya Semangat Nasionalisme Pemuda Indonesia
"Beri
aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10
pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia" (Soekarno)
Lagi-lagi pemuda yang
disebut-sebut. Tak bisa dipungkiri bahwa pemuda adalah tonggak atas kemajuan
suatu bangsa. Pahlawan-pahlawan Indonesia terdahulu adalah mereka yang mengaku
dirinya seorang pemuda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pemuda adalah yang
berusia muda, yang berjiwa muda, generasi sebelum generasi tua. Sudah menjadi
goresan sejarah bahwa Indonesia merdeka berkat golongan orang-orang muda yang
mendesak golongan orang-orang tua. Pemuda menjadi cermin peradaban suatu
bangsa. Pemuda menjadi tonggak perubahan sebuah negara. Pemuda merupakan garda
terdepan dalam suatu peperangan.
Sadarkah kita bahwa Indonesia sedang meradang? Tahukah kita
bahwa Indonesia telah sekarat dalam kepemimpinan? Indonesia sedang mengalami
sakit yang berkepanjangan dan tak kunjung sembuh. Memang betul bahwa Indonesia
merupakan negara kaya dengan sumber daya alamnya yang melimpah ruah. Bahkan
tongkat kayu yang ditancapkan diatas tanah Indonesia akan menjadi suatu
tanaman. Begitu kayanya Indonesia dengan emasnya, peraknya, batu baranya, minyak buminya, dan segala
kekayaan alam lainnya.
Lalu pertanyaannya mengapa Indonesia bisa mengalami sakit
parah yang berkepanjangan? Tidak sejahteranya kehidupan rakyat, kelaparan
dimana-mana, anak putus sekolah tersebar dijalanan, goyangnya perekonomian
negara oleh para tikus-tikus berdasi yang katanya
membela hak rakyat. Siapakah yang patut dipersalahkan atas membaringnya
kesakitan Indonesia saat ini? Presiden kah? Pemerintah kah? Para koruptor kah?
Atau gembel-gembel disudut-sudut kota yang telah merusak keindahan jalanan?
Siapa? Siapa yang patut disalahkan?
“Perjuanganku
lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri” (Soekarno)
Perkataan Sang Proklamator Indonesia pun menyadarkan diri
saya akan perjuangan masyarakat Indonesia melawan permasalahan-permasalah yang
ditimbulkan oleh bangsanya sendiri. Lahirnya pemimpin-pemimpin karbitan
merupakan hal yang lumrah dan terjadi diseluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Ini merupakan salah satu faktor penyebab meradangnya kesejahteraan Indonesia.
Bak duri dalam daging, kecil tapi menyakitkan. Bahkan bisa menimbulkan
kematian. Atau memang kesejahteraan di Indonesia sudah mati?.
Kita kembali pada permasalahan siapa yang bertanggung jawab
atas kesakitan yang diderita bangsa Indonesia? Jawabannya adalah pemuda. Pemuda
lah yang akan menjadi agent of change untuk
menyembuhkan sakitnya kesejahteraan di Indonesia. Tapi pertanyaan selanjutnya
adalah mengapa kesakitan Indonesia terus menerus memburuk dan nyaris mati
padahal dari tahun ke tahun, dari masa
ke masa pemuda pasti lah ada dan menjadi salah satu elemen yang hidup dan
nyata. Ada apakah dengan pemuda Indonesia? Atau mungkin disinilah permasalahan
sebenarnya? Apakah pemuda merupakan virus dari kesakitan yang diderita bangsa
Indonesia? Bisa saja hal itu benar adanya. Semua kemungkinan dapat terjadi.
Coba kita tengok kembali permasalahan-permasalahan yang sedang melanda negeri
kita tercinta ini. Bobroknya moral pemuda Indonesia menyebabkan permasalah-permasalah
selanjutnya seperti maraknya penggunaan narkoba, maraknya seks bebas dikalangan
pemuda, hingga kemudian maraknya pencurian yang disebabkan tekanan candu
obat-obatan terlarang. Belum lagi kasus pelecehan seksual dikalangan remaja.
Diluar itu semua, Indonesia seperti baik-baik saja. Karena
sakit yang diderita adalah sakit kecil yang berkepanjangan dan tak ada obat
yang mampu menyembuhkannya. Bagaimana mengobatinya jika yang sakit adalah obat
itu sendiri.
Rasa cinta tanah air yang semakin memudar merupakan salah
satu sebab mengapa pemuda Indonesia cenderung apatis terhadap bangsanya. Bisa
kita buktikan bahwa para pemuda Indonesia saat ini lebih hafal lagu-lagu bangsa
lain (k-pop, j-pop) daripada lagu bangsanya sendiri. Bahkan para pemuda
Indonesia lebih hafal personil-personil boyband dan girlband dibandingkan para
tokoh pejuang, para pahlawan bangsanya sendiri. Bahkan tak menutup kemungkinan
lagu kebangsaannya sendiri pun lupa dan tak hafal.
Apa salahnya kita menjadi pelopor untuk sembuhnya
kesejahteraan yang sedang sakit ini di Indonesia? Semua berawal dari diri
sendiri. Jadilah pemuda yang bangga dengan bangsanya sendiri. Jadilah generasi
penerus yang siap menggoreskan sejarah pada dunia. Pemimpin yang hebat adalah
pemuda yang mampu mengatakan kesalahan itu salah dan kebenaran itu benar.
Yasimini (Yayan Siti Amyani)
Departemen KASTRAD 2014
KAMMI Kom. UNTIRTA
Kabinet Pengukir Jejak
Sejarah akan abadi dengan tulisan, maka menulislah !!!
Dibawah langit jingga dan secangkir kata.
Hai, namaku Siti Amyani, tapi aku biasa dipanggil Yayan oleh teman kecilku. Mengapa aku menggunakan nama Yasimini, sebenarnya sederhana. Ini hanya sebuah akronim dari Yayan Siti Amyani. Terserah kamu akan memanggilku dengan sebutan apa. Aku mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Usiaku saat ini 20 tahun. Aku suka membaca, apalagi membaca kehidupan. Makanya aku suka sekali jalan-jalan. Karena perjalanan adalah sebuah cara membaca kehidupan. Oh ya, selamat membaca. Aku terbuka akan saran dam kritik yah. Yuk berdiskusi.
Jumat, 23 Mei 2014
Putri, Ratuku
Cinta
tak lagi menjadi hal indah dalam hidupku. Bagiku kini hanyalah bagaimana agar
aku dapat hidup seorang diri tanpa harus mengiba pada orang lain. Terkadang aku
berpikir mengapa orang-orang begitu merasa menjijikannya melihat diriku. Padahal
aku pun sama seperti mereka, diciptakan oleh Tuhan tanpa pernah aku memintanya.
Lantas bisakah aku protes terhadap Tuhan tentang kelahiranku ke dunia. Apa mau
dikata? Aku tak mau berpikir terlalu jauh seperti orang-orang pintar diatas
sana. Aku cukup berpikir bagaimana hari ini aku bisa mengisi perutku yang
terkadang terasa melilit karena tak sempat dihampiri oleh butir-butir nasi. Terpaksa.
Kadang
aku berpikir mengapa orang-orang begitu mencintai dunia yang begitu menyakitkan
ini. Berlomba-lomba menjadi orang ternama padahal kebutuhan mereka tak hanya
sekedar nama. Ada yang lebih penting dari sekedar nama, yaitu sebuah kepedulian
berbagi.
Siang
ini cukup terik matahari menyambar tubuhku, ah aku sudah bersahabat dengan
matahari. Walaupun terkadang begitu hebatnya ia membakar lapisan-lapisan
kulitku sehingga menjadi hitam legam seperti ini. Apa peduliku terhadap hal
itu.
“Den,
ayo ambil gitarmu”
“Ah
apa kau tak bosan bermain-main dengan gitarmu itu?”
“Bagaimana
bisa bosan jika hanya dengan alat ini aku bisa mengisi perutku?”
“Hidupmu
hanya sekedar makan saja tong”
“Kalau
tak makan kau tak akan bisa hidup den”
“Tapi
cita-cita lebih penting daripada sekedar mengisi perut”
“Apa
pentingnya cita-cita? Kau lihat? Orang-orang digedung megah itu pun tak pernah
sekali saja memikirkan cita-cita. Mereka hanya peduli dengan perutnya”
“yasudah
sudah pergi kau sana, biarkan aku disini seorang diri”
“Dasar
pemuda malas, pantas saja Ratu meninggalkanmu”
“Hey
kau, jaga bicaramu. Justru karena aku tak sepertimu yang hanya mengandalkan gitar
usangmu itu”
Berjalan
ku menyusuri lembah-lembah kenistaan ini. Tak dapat sedikitpun aku mendapat
jawaban atas segala pertanyaanku tentang orang-orang diatas gedung megah itu.
Aku hanya bisa melihat tanpa sedikitpun membayangkan menjadi seperti mereka. Kotor.
Pengkhianat. Pecundang. Pendusta. Adakah yang lebih biadab dari kata dusta?
***
“Ingat
cu, seorang pemimpin pernah berkata begini Berilah aku sebuah pisang dengan
sedikit simpati yang keluar dari lubuk‐hatimu,
tentu aku akan mencintaimu untuk selama‐lamanya.
Akan tetapi berilah aku seribu juta dollar dan disaat itu pula engkau tampar
mukaku dihadapan umum, maka sekalipun ini nyawa tantangannya aku akan berkata
kepadamu, "Persetan !"
“Maksudnya
apa kek?”
Sembari
memijat punggung kakek yang sudah tak lagi kuat menopang beban kehidupan aku
mendengarkan setiap ocehan-ocehannya.
“Aku
tak yakin dewasa kelak kau akan mampu bertahan hidup Raden”
“Aku
semakin tak mengerti kek”
“kelak
kau akan mengetahuinya, nak. Jangan pernah jadikan uang sebagai tolak ukur dalam
hidupmu.”
Aku
hanya manut-manut saja dengan wejangan-wejangan yang kakek berikan.
***
Persetan dengan wanita. Tak mampu lagi aku
mempercayainya. Makhluk aneh itulah yang telah menyeretku pada lembah kenistaan
ini. Kembali aku berpikir bahwa hidup tidak hanya sekedar nama. Tapi tanpa nama
pun aku tak bisa hidup bahagia. Tolol, karena nama hidupmu jadi seperti ini.
Semua
berkecamuk dalam pikiranku. Sungguh berisik.
”Kakek, aku merindukanmu.”
Aku
baru mengerti mengapa dahulu kakek berbicara bahwa jangan pernah jadikan uang
sebagai tolak ukur kehidupan.
“Tapi ketulusan pun bisa dibeli dengan uang, kek”
Terisak
aku dalam gundukan yang penuh sampah ini. Berharap batu nisan yang saat ini
dihadapanku berbicara.
***
“maafkan
aku, karena keadaan ekonomi memaksaku untuk melakukan ini”
Wajahnya
memerah dan sayu. Ia hanya mampu untuk menunduk tanpa sedikit pun melihat sorot
mataku yang tajam. Membara amarah dalam hatiku ini.
“lalu
apa arti cinta dalam hatimu itu Ratu? Apakah kemiskinan telah mampu mengikis
rasa cinta dalam dadamu?”
“aku
mengerti perasaanmu. Maka dari itu aku memberanikan diri untuk berbicara padamu
Raden. Bukan karena aku tak mencintaimu, tapi…”
Plaakkk…
Tak
sempat wanita yang aku cintai ini meneruskan bicaranya, tanganku telah melayang
pas mengenai pipinya yang merona. Aku tak kuasa menahan amarahku.
***
“kek,
apa aku harus tetap percaya pada kata cinta? Sedangkan ia telah menggores luka
pada hidupku? Kek, jawab pertanyaanku. Apa didalam sana kau sedang menderita
sehingga tak mampu lagi memberikanku wejangan-wejangan seperti ketika aku kecil
dulu? Dulu kau bercerita begitu indah tentang makna cinta, tentang kisah
cintamu yang abadi bersama nenek. Tapi 5 tahun berlalu dan aku tetap terjerat
dalam tali cinta Ratu yang menikam hatiku ini. Apakah cinta hanya berlaku untuk
orang-orang ternama diatas sana? Apakah cinta tak berlaku untuk pemuda miskin
sepertiku? yang hanya mampu mencari rupiah dengan gitar buluk di terminal
angkutan kota”
“sekali
pun berbusa mulutmu, tak akan sedikitpun suara terdengar dari nisan berbatu
itu. Apa kau akan tetap memandang pada satu arah Raden? Sehingga tak mampu
nuranimu merasakan cinta yang tulus sedang menantimu”
Seketika
aku tersentak dengan suara lembut seorang wanita.
“Darimana
kau mengetahui aku sedang berada disini Putri?”
“Masihkah
pertanyaan itu layak untuk aku jawab, sedangkan berhari-hari tak sedikitpun
waktuku terlewati untuk bisa mengamatimu”
“Kau
begitu baik hati putri, apa yang menarik dari diriku? Tak ada. Aku hanya pemuda
miskin yang tidak layak untuk dicintai”
“jika
kemiskinan sudah mengambil semua kebahagiaan hidup, tak bisakah cinta menjadi
sedikit pemanis dalam hidup?”
Mataku
menatap tajam mata putri. Kami saling berpandangan dalam waktu yang lama.
“Temani
aku dalam kemiskinan ini Putri”
“Kemiskinan
bukan menjadi alasan untuk aku meninggalkanmu Raden, aku tak perlu alasan untuk
bisa mencintaimu”
Kecupku
sederhana dikening Putri. Ratu tidak lagi menjadi Ratu dalam hatiku. Tapi
sekarang Putri adalah Ratu dihatiku.
Sejarah akan abadi dengan tulisan, maka menulislah !!!
Dibawah langit jingga dan secangkir kata.
Hai, namaku Siti Amyani, tapi aku biasa dipanggil Yayan oleh teman kecilku. Mengapa aku menggunakan nama Yasimini, sebenarnya sederhana. Ini hanya sebuah akronim dari Yayan Siti Amyani. Terserah kamu akan memanggilku dengan sebutan apa. Aku mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Usiaku saat ini 20 tahun. Aku suka membaca, apalagi membaca kehidupan. Makanya aku suka sekali jalan-jalan. Karena perjalanan adalah sebuah cara membaca kehidupan. Oh ya, selamat membaca. Aku terbuka akan saran dam kritik yah. Yuk berdiskusi.
Langganan:
Postingan (Atom)