Kamis, 12 Juni 2014

Nasihat dalam Sebuah Kekonyolan dalam Novel Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika



Manusia Setengah Salmon merupakan novel terakhir yang saya apresiasi dalam tugas Apresiasi Prosa Fiksi. Awalnya saya bingung harus mengapresiasi novel ini menggunakan pendekatan apa. Tetapi kemudian saya berpikir ada baiknya diapresiasi dengan pendekatan emotif. Mungkin novel ini saya kategorikan ke dalam novel komedi. Secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap alur ceritanya Raditya Dika berusaha membawa pembaca untuk tertawa setiap kali membaca cerita dalam novel tersebut.
Setelah membaca hampir setengahnya dari banyak judul yang ada di novel ini. Saya berinisiatif untuk melihat dalam bentuk filmnya, karena saya sudah merasa agak bosan dengan alur ceritanya. Tetapi setelah melihat filmnya, saya berhasrat kembali untuk melanjutkan membaca novel tersebut. Ada perbedaan yang mencolok antara film dan novelnya. Dan saya lebih suka membaca novelnya, karena di filmnya banyak adegan yang tidak ada dan tidak sesuai dengan novel.
Namun dari keseluruhan, novel ini sukses membuat saya tertawa-tawa sendiri. Cerita-cerita konyol yang mungkin orang tidak pernah berpikiran sampai kesitu.
Jika saya memasukkan Kalpanax ke dalam sup jamur, apakah sup tersebut akan lenyap?
Orang pintar minum tolak angina. Laki-laki minum ekstra joss. Sebagai laki-laki pintar, saya meminum keduanya secara bersamaan.
Setiap kali saya dengar orang berteriak marah-marah, ‘Anda enggak tahu siapa saya?!’, saya selalu berpikir, kasihan sekali orang ini tiba-tiba pikun. (Hlm 69)
Dan masih banyak lagi bagian-bagian cerita yang terkadang tidak masuk akal dan Raditya Dika mampu berpikir sampai pada tahap itu dengan kekonyolannya.
            Namun dari novel “Manusia Setengah Salmon” ini saya tertarik pada satu tema yang diangkat oleh Raditya Dika, yaitu kekonyolan cinta. Saya sangat tertarik pada bab yang berjudul Jomblonology. Raditya sukses mengelompokkan jenis-jenis jomblo ke dalam beberapa kelompok. Ini agak lucu namun menggelitik. Seperti seorang yang terpelajar namun mampu menembus batas kebiasaan orang diatas rata-rata dengan tindakan yang aneh dan terkadang sedikit tidak masuk akal, namun lucu. Seolah buku diary yang menceritakan kisah hidup yang penuh makna dan penuh lelucon. Sungguh menarik, dan setidaknya dapat sedikit menghilangkan kepenatan ketika membacanya.
            Raditya mampu menceritakan manis dan pahit cinta lewat sebuah kekonyolan. Disaat kebanyakan orang menulis karangan-karangan melankolis tentang cinta, Ia mampu menciptakan karangan bertemakan cinta dengan sebuah kekonyolan. Misal pada bab yang berjudul Hal-hal untuk diingat ketika kencan pertama.
Kejutkan si cewek dengan gaya berpakaianmu yang unik, macho, tetapi sensitif. Jemput dia dirumahnya dengan memakai kostum Power Ranger pink.
Jika bertemu orangtuanya, usahakan untuk sopan. Puji ibunya dengan baik, tetapi tidak berlebihan seperti, ‘Wah, Tante menua dengan baik ya.’(Hlm 39)
Lalu ketika menggambarkan kegalauan pun Raditya Dika mampu memgemasnya dengan kekonyolan yang tak biasa orang tuliskannya dalam sebuah novel. Disaat orang lain memakai metafor-metafor yang indah dalam menggambarkan kegalauan atau cinta, tapi Dika berbeda.
Jatuh cinta sama kamu itu kayak naik histeria. Dibawa naik pelan-pelan, lalu dijatuhin tiba-tiba.
Naksir diam-diam itu komidi putar. Seakan berjalan, tetapi sebenarnya tidak kemana-mana.
Seandainya jatuh cinta itu ada tukang parkirnya, bisa diberhentikan sebelum mentok. (Hlm 206)
Tetapi diluar itu semua, ternyata novel konyol ini mengandung makna yang begitu dalam tentang Salmon dan Perpindahan. Dalam novel sekonyol ini, lagi-lagi Dika mengajak kita untuk mengambil pelajaran dari Ikan bernama Salmon. Salmon yang setiap tahunnya harus bermigrasi melawan arus sungai berkilo-kilo meter jauhnya hanya untuk bertelur. Layaknya kehidupan kita sebagai manusia yang terus berpindah-pindah. Dari bayi pindah menjadi anak-anak hingga dewasa. Dari sedih menjadi senang, atau sebaliknya. Dan semua cerita-cerita konyol yang termuat dalam novel ini pada hakikatnya menggambarkan perpindahan dalam kehidupan nyata.
Gue jadi berpikir, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah. (Hlm 256)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar