Manusia Setengah Salmon merupakan novel terakhir yang saya
apresiasi dalam tugas Apresiasi Prosa Fiksi. Awalnya saya bingung harus
mengapresiasi novel ini menggunakan pendekatan apa. Tetapi kemudian saya
berpikir ada baiknya diapresiasi dengan pendekatan emotif. Mungkin novel ini
saya kategorikan ke dalam novel komedi. Secara langsung maupun tidak langsung dalam
setiap alur ceritanya Raditya Dika berusaha membawa pembaca untuk tertawa
setiap kali membaca cerita dalam novel tersebut.
Setelah membaca hampir setengahnya dari banyak judul yang
ada di novel ini. Saya berinisiatif untuk melihat dalam bentuk filmnya, karena
saya sudah merasa agak bosan dengan
alur ceritanya. Tetapi setelah melihat filmnya, saya berhasrat kembali untuk
melanjutkan membaca novel tersebut. Ada perbedaan yang mencolok antara film dan
novelnya. Dan saya lebih suka membaca novelnya, karena di filmnya banyak adegan
yang tidak ada dan tidak sesuai dengan novel.
Namun dari keseluruhan, novel ini sukses membuat saya
tertawa-tawa sendiri. Cerita-cerita konyol yang mungkin orang tidak pernah
berpikiran sampai kesitu.
Jika saya memasukkan Kalpanax ke
dalam sup jamur, apakah sup tersebut akan lenyap?
Orang pintar minum tolak angina.
Laki-laki minum ekstra joss. Sebagai laki-laki pintar, saya meminum keduanya
secara bersamaan.
Setiap kali saya dengar orang
berteriak marah-marah, ‘Anda enggak tahu siapa saya?!’, saya selalu berpikir,
kasihan sekali orang ini tiba-tiba pikun. (Hlm 69)
Dan
masih banyak lagi bagian-bagian cerita yang terkadang tidak masuk akal dan
Raditya Dika mampu berpikir sampai pada tahap itu dengan kekonyolannya.
Namun dari novel “Manusia Setengah Salmon”
ini saya tertarik pada satu tema yang diangkat oleh Raditya Dika, yaitu
kekonyolan cinta. Saya sangat tertarik pada bab yang berjudul Jomblonology. Raditya sukses
mengelompokkan jenis-jenis jomblo ke dalam beberapa kelompok. Ini agak lucu namun menggelitik. Seperti
seorang yang terpelajar namun mampu menembus batas kebiasaan orang diatas
rata-rata dengan tindakan yang aneh dan terkadang sedikit tidak masuk akal,
namun lucu. Seolah buku diary yang menceritakan kisah hidup yang penuh makna
dan penuh lelucon. Sungguh menarik, dan setidaknya dapat sedikit menghilangkan
kepenatan ketika membacanya.
Raditya mampu menceritakan manis dan
pahit cinta lewat sebuah kekonyolan. Disaat kebanyakan orang menulis
karangan-karangan melankolis tentang cinta, Ia mampu menciptakan karangan
bertemakan cinta dengan sebuah kekonyolan. Misal pada bab yang berjudul Hal-hal untuk diingat ketika kencan pertama.
Kejutkan si cewek dengan gaya
berpakaianmu yang unik, macho, tetapi sensitif. Jemput dia dirumahnya dengan
memakai kostum Power Ranger pink.
Jika bertemu orangtuanya, usahakan
untuk sopan. Puji ibunya dengan baik, tetapi tidak berlebihan seperti, ‘Wah,
Tante menua dengan baik ya.’(Hlm 39)
Lalu
ketika menggambarkan kegalauan pun Raditya Dika mampu memgemasnya dengan kekonyolan
yang tak biasa orang tuliskannya dalam sebuah novel. Disaat orang lain memakai metafor-metafor
yang indah dalam menggambarkan kegalauan atau cinta, tapi Dika berbeda.
Jatuh cinta sama kamu itu kayak naik
histeria. Dibawa naik pelan-pelan, lalu dijatuhin tiba-tiba.
Naksir diam-diam itu komidi putar.
Seakan berjalan, tetapi sebenarnya tidak kemana-mana.
Seandainya jatuh cinta itu ada
tukang parkirnya, bisa diberhentikan sebelum mentok. (Hlm 206)
Tetapi diluar itu semua, ternyata novel konyol ini mengandung
makna yang begitu dalam tentang Salmon dan Perpindahan. Dalam novel sekonyol
ini, lagi-lagi Dika mengajak kita untuk mengambil pelajaran dari Ikan bernama
Salmon. Salmon yang setiap tahunnya harus bermigrasi melawan arus sungai
berkilo-kilo meter jauhnya hanya untuk bertelur. Layaknya kehidupan kita
sebagai manusia yang terus berpindah-pindah. Dari bayi pindah menjadi anak-anak
hingga dewasa. Dari sedih menjadi senang, atau sebaliknya. Dan semua
cerita-cerita konyol yang termuat dalam novel ini pada hakikatnya menggambarkan
perpindahan dalam kehidupan nyata.
Gue jadi berpikir, ternyata untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue
hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah. (Hlm 256)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar