Sudah kualami perih karena kehilangan
Sudah kureguk kecewa karena ditinggalkan
Sudah ku didera luka karena dikhianati
Semuanya belum seberapa
Hanya satu derita yang paling menyiksa
Jatuh cinta
Tapi tak bisa memiliki
(Andrei Aksana)
Cinta adalah satu kata yang tak
mampu terdefinisikan secara detail oleh setiap nurani yang sedang merasakannya.
Cinta pun terkadang aneh, unik, menarik, bahkan terkadang menjadi topik
terhangat untuk diperbincangkan. Entahlah cinta itu memiliki makna seperti apa
dan bagaimana, karena kehadirannya terkadang membuat bahagia dan terkadang
membuat kecewa. Itulah yang saya rasakan ketika membaca novel Lelaki Terindah
karangan Andrei Aksana. Satu kata untuk novel ini, keren. Luar biasa indah, unik, dan menarik. Andrei mengemas novel
percintaan ini dengan bumbu metamorf yang indah. Setiap kalimat tersusun atas
kata-kata kiasan yang begitu banyak membuat pembaca hanyut dan merasakan
berbagai perasaan yang berbeda-beda. Mungkin ada yang ketika membaca novel
Lelaki Terindah ini merasakan jijik karena dalam novel ini dikisahkan tentang
percintaan lelaki dengan lelaki. Akan tetapi, saya merasakan hal yang berbeda
ketika membaca novel ini. Novel ini membuat perasaan saya senang, bahagia,
senyum-senyum sendiri ketika membacanya hingga perasaan sedih, kecewa, haru,
dan menangis. Cukup waktu 4 jam untuk membaca novel yang tebalnya hingga 214
halaman ini. Bahkan saya membaca ulang setiap kata dan kalimat yang membuat
saya senang membacanya. Selipan-selipan sajak puisi membuat pembaca tak akan
pernah bosan untuk terus membaca kisah percintaan Rafky dan Valent ini hingga
selesai.
Halaman demi halaman pertama saya
baca hingga saya menemukan satu bait kata-kata yang membuat rasa dalam dada
hanyut kedalam cerita tersebut. Andrei membuat saya berpikir bahwa terkadang
kebenaran membuat kita tersiksa.
Seperti dikejar bayang-bayang
Meski tak melakukan kesalahan apa-apa
Mengapa kebenaran justru membuat
kita
selalu merasa tersiksa
Barangkali karena kebenaran telah
lama terpenjara (Hlm 16)
Pada bagian ini padahal cerita belum
dimulai, tetapi dengan alur yang maju-mundur Andrei sukses membuat pikiran dan
perasaan saya berimajinasi dengan mudah dan bebas. Dalam novel ini,tokoh Rafky
meminta kepada tokoh Aku (lelaki juga) untuk menceritakan kisah cintanya dengan
tokoh Valent yang berawal dari liburannya di Bangkok.
Berlama-lama dengan novel ini
membuat saya bahagia, Andrei sukses menggambarkan isi hati Rafky yang sedang
jatuh cinta melalui kata-kata yang saya yakin tak banyak orang mampu
menggambarkannya lewat baris-baris kata.
Senyum
yang membuat Rafky terpesona. Terjerat. Sekaligus merasa teduh, untuk alasan
yang tak ia mengerti.(Hlm 32)
Kisah cinta antara lelaki gagah
dengan lelaki yang lembut ini memberikan sensasi tersendiri bagi saya. Aneh,
lucu, tapi membuat hati haru. Pertalian antara lelaki gagah dan perkasa (Rafky)
dengan lelaki gagah sekaligus lembut (Valent). Padahal kita semua mengetahui
bahwa kisah cinta seperti ini telah banyak yang melakukannya, tetapi bukan itu,
bukan karena saya pun menyukai sesama jenis tetapi lebih pada setiap
baris-baris kata yang dipakai Andrei mampu menghipnotis pembaca untuk turut merasakan
apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Pada halaman 37
Andrei menggambarkan kondisi fisik Valent seperti ini,
Dari samping profil wajahnya demikian sempurna. Seperti
lukisan hasil goresan maestro abad silam. Hidungnya yang mancung adalah tatahan
pualam tak bercela. Dagunya landai menawan dan membentuk di bagian tengah,
seperti samudra berpalung. Kelopak matanya menyerupai bulan sabit, saat
terpejam pun mampu menyinari malam. Dihiasi bulu mata yang lentik, seperti
derai cemara yang dibelai angin.
Ia bukan hanya tampan.
Ia cantik…
Ia bidadari yang mewarnai musim semi…. (Hlm 37).
Saya
merasakan hal yang membuat perasaan saya senang,
ketika saya berimajinasi menjadi seorang Rafky yang mencintai Valent atau
sebaliknya Valent yang juga mencintai Rafky. Mencintai seseorang terkadang
membuat hati kita bahagia luar biasa, dan Andrei sukses membuat saya bahagia
melalui penggambaran tokoh Rafky dan Valent yang saling mencintai ini. Tokoh
Rafky yang bertemu dengan tokoh Valent dalam penerbangannya menuju Bangkok
awalnya cuek dan sama sekali tidak peduli dengan Valent hingga ternyata sedikit
demi sedikit mulai peduli. Satu hal yang saya garis bawahi,
Tak
seorang pun menyadari. Jembatan perasaan dibangun di atas kata-kata. (Hlm 39).
Hal tersebut yang terkadang kita tak menyadarainya. Tak saya
pungkiri bahwa ketika jatuh cinta, semua berawal dari kata-kata. Novel ini
membuat saya seolah terbang pada tumpukan awan cinta, bahagia. Entahlah,
mungkin ketika membaca novel ini saya sedang merasakan jatuh cinta pula.
Judulnya jatuh cinta, bukan berarti saya mencintai sesama wanita.
Kisah
percintaan ini saya ikuti terus, saya baca terus tanpa saya potong sedikit pun.
Pembaca seolah dibuat sah sah saja dengan kisah percintaan terlarang ini oleh
Andrei, bahkan mungkin lebih indah dan penuh tantangan. Tak pernah ada yang
menyadari bahwa akhirnya Rafky dan Valent malah berlibur seperti sepasang suami
istri di Bangkok. Valent seperti seorang wanita yang mengikuti kemana pun
kekasihnya pergi. Dari mulai pergi ke Ayutthaya (ibukota pertama Thailand),
Thon Buri (kota asli Bangkok), Loy Krathong Festival, The Golden Mount hingga
Grand Palace. Valent seperti lupa tujuan utama dirinya berlibur ke Bangkok itu
untuk apa. Valent hanyut dan mengikuti arah hatinya bersama Rafky. Terlebih
permainan kata yang dipakai oleh Andrei seperti tak rela jika mereka berdua
terpisahkan,
Bukankah
kita adalah angka genap. Tak mungkin menjadi bilangan ganjil, selama tidak
dikurangi. Kita terhimpun dalam suatu bagian lengkap, jumlah tetap yang tak
bisa dikali dan dibagi. (Hlm 61)
Ketika
tokoh Rafky menceritakan kepada tokoh Aku tentang kejadian pada suatu malam
dengan tokoh Valent, tokoh Aku enggan untuk menuliskannya dalam sebuah cerita,
tetapi ada sebuah kalimat yang saya sukai dalam dialog antara tokoh Rafky
dengan tokoh Aku.
Jangan
pernah menyembunyikan sejarah. Karena suatu hari, kebenaran akan terbongkar
juga. (Hlm 79)
Dalam novel percintaan yang indah ini ternyata ada nilai
sosial yang diajarkan. Tidak hanya sekedar kisah percintaan yang menguras emosi
dan hati.
Berbicara
tentang kisah percintaan, tentunya tidak lepas pula dari kebimbangan yang
terkadang datang menghampiri. Dalam novel Lelaki Terindah ini ada bagian yang
menceritakan tokoh Rafky yang bimbang dengan apa yang sedang ia rasakan,
terlebih ketika penyakit diabetes Valent kambuh. Seperti seorang lelaki yang
mengkhawatirkan kesehatan wanita yang dicintainya. Dari sini lah kejadian yang
tak terduga terjadi.
Rafky
membiarkan ke mana pun jari Valent beranjak pergi. Menelusuri wajahnya, merayap
ke telinganya, turun ke lehernya, membelai lengannya, meremas dadanya… (Hlm 82)
Rafky
termangu seperti pengembara yang sesat. Hanya ada dua pilihan. Berjalan terus.
Atau berhenti dan mati terbakar di gurun tandus. Dua tawaran yang sama-sama
tidak memberikan harapan pasti. (Hlm 82)
Semuanya pun terjadi diluar kesadaran Rafky. Setelah sadar
bahwa Rafky mencintai seorang lelaki, dia mengutuk dirinya sendiri. Memukul
pintu kamar mandi sekeras-kerasnya. Seperti tak terima bahwa dirinya yang hampir
sempurna itu menyukai sesame jenis. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa Rafky memang
jatuh cinta pada Valent. Dalam hal ini pun, saya seolah merasakan kebimbangan
Rafky. Kebimbangan yang menuntut sebuah pilihan. Malam itu pun Rafky pergi
meninggalkan Valent, membuat Valent terlena dan merana. Seolah kehidupannya
hancur seperti hancurnya hati yang berkeping-keping.
Namun dalam
kebimbangannya, Rafky kembali lagi kepada Valent. Membawa rasa yang memang tak
seharusnya dirasakannya kepada Valent. Lagi-lagi Andrei membuat pembaca seolah
tak rela jika tokoh Rafky dan tokoh Valent berpisah.
Tak hanya
perasaan senang dan bahagia ketika membaca novel ini, mencapai puncak cerita
perasaan saya mulai sedikit sedih. Sedih karena cinta Valent dan Rafky harus
terpisah, tidak bisa menyatu. Tetapi di sisi lain pun saya merasakan kecewa jika
saya berada dalam posisi seperti Rhea (kekasih Rafky) dan Kinan (kekasih
Valent). Dalam hal ini, Andrei sukses sekali membuat pembaca merasa kecewa,
galau, sedih, dan berbagai perasaan yang memang unik untuk dirasakan. Belum
lagi kekecewaan yang sudah tentu dirasakan oleh orangtua Valent dan Rafky. Saya
pun akan merasakan hal yang sangat-sangat kecewa jika berada di posisi mereka,
tetapi saya pun tak rela jika cinta Rafky dan Valent tidak bersatu. Dalam bawah
sadar saya merasa bahwa cinta yang terjalin antara Valent dan Rafky adalah
cinta yang penuh perjuangan, penuh tantangan.
Mendekati ending air mata saya sempat menetes,
terlebih ketika Andrei menceritakan ke belakang tentang bagaimana sayangnya ibu
Valent terhadap anaknya itu. Bagaimana ia seorang diri mengurus anak laki-laki yang
satu-satunya itu. Akan tetapi Valent pun tak pernah meminta diciptakan menjadi
seorang laki-laki lemah yang mencintai laki-laki pula. Semua keadaan ini memaksa
air mata saya untuk tumpah. Cinta Valent tanpa alasan kepada Rafky,
“Aku
mencintaimu, karena aku mencintaimu, Raf,” bisik Valent dengan mata
berkaca-kaca. “Tak perlu alasan lain…” (Hlm 194)
Semua
berakhir dengan kekecewaan, kesedihan. Karena Valent menutup mata dengan batin
yang tersiksa. Sekali lagi saya katakan bahwa novel ini mampu membuat perasaan
pembaca berubah-ubah, seolah memainkan perasaan pembaca melalui kata-kata.
Menghipnotis pembaca melalui kata-kata. Dengan kata seseorang mampu tertawa, dengan
kata seseorang mampu menderita, dengan kata pula seseorang mampu menggambarkan
cinta.