Kepergianmu..
Meninggalkan cerutu hambar dan gelas kopi yang sedikit retak.
Tiupan dendam membakar luka pada ujung bakau.
Menuangkan murka pada seduhan air kopi.
Bukan lagi persoalan cinta.
Terlalu berharga jika kulepas kau lewat tarian asap yang kudendangkan.
Kucoba menelanjangi malam.
Kutanggalkan pakaian kemunafikan pada ujung bulu mata mentari.
Lalu kujilat setiap bayang wajah tampanmu yang muncul diujung langit.
Meraba lekukan cerita samar dengan tangan kebebasan.
Desahan air mata menetes,
menjahit gelas kopi yang retak karena egomu.
Lalu masih pantaskah kuajak kau bercumbu dengan malam?
Setelah puas senja kau taburkan rona cinta.
Pada malam ini kuperas aliran keringat yang menyembunyikan sayu matamu.
Aku jijik melihat semua persetubuhan konyol ini.
Persetubuhan antara kau, aku dan malam-malam kerinduan.
Lantas biji-biji kopi masih terus kau tanam?
Membuahi rahim sejarah kehidupanku.
Terkikis sudah lidah pemikiranku oleh tegukan hitam air kopimu.
Maka hilanglah semua kerinduanku.
Ketika tabuhan waktu membawa pergi kau dan buaian malam.
Jumat, 10 Oktober 2014
Yasimini