Rabu, 18 Januari 2017

Di Sudut Jiwa yang Luka

Di balik kota ini
Di balik pondok pesantren ini
Di balik asrama ini
Di balik kamar ini

Ya.. di sini..
Di tempat ini..
Kumulai semua bahagia yang berujung duka. Kumulai semua isyarat jiwa yang bermuara pada saling cinta, saling rasa, saling suka. Cerita yang menuntunku pada neraka kata-kata. Kukenal semua dunia baru ini, darimu. Kusimak setiap cerita hidup, pahit manisnya menjadi seorang s****i.
Kamu mengajariku A, B, C, D, E sampai Z. Setiap lekuk abjad yang membentuk kata dan kalimat hingga menjadi sebuah paragraf. Tulisan demi tulisan memenuhi sudut-sudut catatan hidupku. Aku bahagia, sungguh aku bahagia. Pada detik itu aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan seseorang sepertimu dalam alur kisah hidupku di tempat ini. Menggenapkan semua yang ganjil. Menyempurnakan setiap yang rumpang. Rabb, aku bahagia. Aku teramat sangat bahagia. Aku selalu bermimpi, kelak, ia akan menjadi sosok Ayah yang sempurna untuk anak-anakku. Aku tanamkan harapan itu begitu besar pada tanah mimpimu. Aku rawat, aku sirami, aku pelihara harapan itu seraya berdo'a. "Rabb, kelak saatnya aku akan memetik hasil jerih payahku ini"
Namun, petani tak selalu menikmati hasil tanamannya. Aku lupa, aku menanamnya di tanah terbuka. Tak satu pun keyakinan memagari tanamanku. Hingga pada akhirnya, kamu memetik buah hasil jerih payah kita. Tanpa memberitahuku. Diam-diam aku melihat dari balik kaca hidupku. Kamu memetiknya dengan bangga, dengan rasa ketulusan yang merona. Betapa bahagia melihatmu bahagia. Hingga pada akhirnya aku tahu, kamu memetiknya bersama dengan seorang primadona. Aku perlahan mulai menutup tirai tempatku biasa melihatmu. Melihatmu merawat harapan itu. Harapan yang kita jaga dan kita pelihara bersama, tapi tidak bisa aku miliki.

Sudut Kenangan, 18 Januari 2017
Yasimini